Memilih Pemimpin Dan Uang Suapnya

Hasil Bahtsul Masail

Pilihan kepala daerah secara langsung merupakan wujud nyata hidupnya sistem demokratis. Akan tetapi di samping itu juga semakin menyuburkan budaya politik uang, tidak hanya di kalangan para elit saja, tetapi juga masyarakat pemilihnya. Di masyarakat ada kecenderungan bahwa mereka kalau tidak di beri uang dari pasangan cabub/cawabub maupun cawali/cawawali tidak mau memilihnya. Ada suatu hadits sebagaimana berikut ini :
سنن البيهقي الكبري ج : 5  ص : 330
10577 عن ابي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ثلاثة لا يكلمهم الله ولا يزكيهم ولهم عذاب اليم رجل بايع سلعة بعد العصر فحلف له بالله لأخذها بكذا وكذا فصدقة فأخذها وهو ذلك ورجل بايع اماما لايبايع الا للدنيا فان اعطاه منها وفى وان لم يعطه منها لم يف له ورجل على فضل ماء بالفلاة فيمنعه من ابن السبيل رواه مسلم في الصحيح عن ابن ابي شيبه عن ابي معاوية. ورجل بايع اماما لايبايعه الا للدنيا فان اعطاه منها نصره وان لم يعطه سخط (رواية اخرى). رجل بايع اماما للدنيا فان اعطاه وفى وان منعه نكث (رواية اخرى).
Dari abu hurairah ra. Berkata, rasulullah saw. tiga orang yang tidak di ajak Allah dan tidak dibersihkannya, juga mendapat siksaan yang sangat pedih ;
Pertanyaan :
1.            Apakah memilih karena uang seperti digambarkan di atas termasuk yang dimaksud dalam hadits:
وَرَجُلٌ بَايَعَ اِمَامًا لاَيُبَايِعُهُ اِلاَّ لِلدُّنْيَا فَاِنْ اَعْطَاهُ مِنْهَا وَفَى وَاِنْ لَمْ يُعْطِهِ مِنْهَا لَمْ يَفِ لَهُ
Artinya : Dan laki-laki yang membaiat seorang imam. Dia tidak membaiatnya kecuali karena dunia. Maka apabila pemimpin tersebut memberinya maka dia akan memilihnya dan apabila tidak memberi maka dia tidak akan memilihnya.
2.            Jika tidak, apa maksud sebenarnya dari hadits diatas ?
Jawaban:
1.            Melihat substansi dari pilkada sama dengan baiat al-imam, yakni mengangkat seorang pemimpin untuk menegakkan kebenaran dst, maka masalah ini (memilih karena uang) termasuk dalam hadits tersebut.
2.            Sudah terjawab dengan sendirinya.
Referensi :
·         Faidl al-qadir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, 3/435 ta’lif al-Imam Muhammad Abdurrauf al-Manawi (cetakan darul kutub al-Ilmiah)
·         Fath al-Bari, 13/216 (Kitab al-Ahkam) karya Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, cetakan dar al-Bayan Beirut
·         Umdah al-Qari Syarh Sahih Bukhari, 12/279-280
Ibarat :
فيض القدير 3/435 الإمام محمد عبد الرؤف المناوي (دار الكتب العلمية بيروت)
(قال الخطابي) والأصل فى مبايعة الإمام أن يبايعه أن يعمل بالحق ويقيم الحدود ويأمر بالمعروف وينهى عن المنكر فمن جعل مبايعته لما يعطاه دون ملاحظة المقصود فقد دخل في الوعيد (حم ق 4 عن أبي هريرة) اهـ
(Imam al Khitabi berkata) dasar dari pembaiatan imam adalah membaiatnya untuk menegakkan kebenaran, menerapkan hukum-hukum islam, memerintah pada kebaikan, dan mencegah pada kemungkaran. Maka barang siapa membaiatnya karena pemberiannya tidak karena tujuan di atas maka dia termasuk kategori orang yang dijanjikan.
عمدة القاري شرح صحيح بخاري للإمام بدرالدين أبي محمد محمود بن أحمد العيني 12/279-280  (دار الكتب العلمية)
حدثنا موسى بن اسماعيل قال حدثنا عبد الواحد بن زياد عن الأعمش قال سمعت أبا صالح يقول سمعت أبا هريرة رض يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ثلاثة لاينظر الله اليهم يوم  القيامة ولايزكيهم ولهم عذاب اليم رجل كان له فضل ماء بالطريق فمنعه من إبن السبيل ورجل بايع إماما لايبايعه إلا للدنيا فإن أعطاه منها رضي وإن لم يعطه سخط –الى ان قال- وقوله "رجل"اي الثاني من الثلاثة رجل بايع إماما المراد هو الإمام الأعظم وهذا هكذا في رواية الكشميهني ، وفي رواية غيره بايع إمامه والمراد من المبايعة هنا هو المعاقدة عليه والمعاهدة فكان كل واحد منهما باع ماعنده من صاحبه وأعطاه خالصة نفسه وطاعته ودخيلة أمره.

Dan laki-laki yang kedua adalah laki-laki yang membaiat imam(imam a’dzam) dan demikian, dan demikian sebagaimana dalam riwayat imam al kasymihani. Dan dalam riwayat lain, dia membaiat imam, yakni yang dimaksud adalah kontrak dan perjanjian, maka masing-masing dari mereka menjual sesuatu miliknya dan memberinya dengan kemurnian hati, ketaatan, dan dalam koredor melakukan perintahnya.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment