Multi Level Marketing Menurut Hukum Islam

Hasil Bahtsul Masail

Krisis ekonomi telah memberikan implikasi terhadap lemahnya daya beli masyarakat, sementara persaingan dibidang usaha terus meningkat. Hal ini mendorong beberapa perusahaan menerapkan kiat-kiat tertentu dalam memasarkan produknya, diantaranya dengan menggunakan sistem multi level marketing (MLM) seperti CNI, DXN, Rich Exl.Pers dan lain-lain. Dalam sistem ini seseorang dapat menjadi anggota (distributor) dengan cara membeli produk perusahaan tersebut dalam jumlah tertentu dan membayar uang administrasi, kemudian dia akan mendapatkan komisi apabila bisa mendapatkan anggota (Down Line) atau point dalam jumlah tertentu, semakin banyak anggota atau point yang diperoleh maka semakin besar pula komisi yang didapat. Yang menarik dari sistem ini bila anggota yang dibawah mendapat down line atau point maka anggota yang diatasnya ikut terdongkrak (bertambah anggota atau pointnya). 
Pertanyaan:
a.    Termasuk kategori aqad apakah praktek MLM tersebut?
b.    Apakah praktek tersebut diatas dapat dibenarkan oleh syara?
c.    Apabila tidak boleh bagaimanakah solusi bagi orang yang telah menjadi anggota MLM?
(PP. Al-Falah Ploso Kediri)
Jawaban a :
Praktek tersebut temasuk Jualah dan Bai yang Fasid - Jualah fasidah karena :
·         Amalnya tidak ada kulfah (beban)
·         b. Iwadlnya (upah) tidak maklum (dalam dongkraannya)
·         Ada syarat bai dalam akad
·         Bai fasid karena di jadikan syarat dalam akad Jualah
Referensi :
Ø  Ianatut Tholibin Juz III Hal . 123
Ø  Alfiqh alal madzahib al-arbaah Juz II Hal. 228
Ø  Hasyiyah Al-Syarqowi Juz II Hal. 53
وفى اعانة الطالبين للعلامة أبى بكر السيد البكرى بن محمد شطا الدمياطى ما نصه :
}وعبارته } : وهي بتثليث الجيم شرعا التزام عوض معلوم على عمل معين او مجهول عسر علمه وأركانها اجمالا أربعة : الركن الأول العاقد وهو الملتزم للعوض ولو غير المالك والعامل - الى أن قال – الركن الثانى الصيغة وهو من طرف الجاعل لا العامل – الى ان قال – الركن الثالث الجعل وشرط فيه ما شرط فى الثمن فما لايصح ثمنا لكونه مجهولا او نجسا لايصح جعله جعلا ويستحق العامل أجرة المثل فى المجهول والنجس المقصود – الى أن قال – الركن الرابع العمل وشرط فيه كلفة وعدم تعينه فلا جعل فيما لاكلفة فيه
Ju'alah(sayembara) -dengan dibaca tiga bacaan- adalah menjanjikan hadiah yang maklum terhadap pekerjaan yang ditentukan atau yang tidak diketahui yang sulit dilakukan. Secara global rukun-rukun ju'alah ada empat ; 1. 'aqid yakni orang yang menjanjikan hadiah meskipun bukan pemilik barang dan Amil(orang yang melakukan)-pada ucapan beliau- 2. Shighot dari orang yang mengeluarkan sayembara bukan dari orang melakukan. -sampai ucapan beliau- 3. Hadiah. Dan syaratnya adalah sebagaimana syarat dari tsaman(harga), maka setiap yang tidak bisa dijadikan tsaman maka tidak bisa dijadikan hadiah, seperti sesuatu yang majhul atau najis maka tidak sah dijadikan hadiah. Amil akan diberi upah mitsil(umum) pada jualah yang hadiahnya majhul dan najis.-sampai pada ucapan beliau- 4. Pekerjaan disyaratkan adanya kulfah(payah) dan tidak termasuk perkara yang wajib dilakukan, maka tidak sah jualah pada sesuatu yang tidak ada kulfah.
وفى كتاب الفقه على المذاهب الأربعة للشيخ عبد الرحمن الجزيري ما نصه :
}وعبارته} : الحالة الخامسة : أن يكون الشرط مما لايقتضيه العقد ولم يكن لمصلحته وليس شرطا فى صحته او كان لغوا ، وذلك هو الشرط الفاسد الذى يضر بالعقد ، كما اذا قال له بعتك بستانا هذا بشرط ان تبيعنى دارك ، او تقرضنى كذا ، او تعطينى فائدة مالية . وانما يبطل العقد بشرط ذلك اذا كان الشرط فى صلب العقد ، أما اذا كان قبله ولو كتابة فإنه يصح إهـ .
وفى حاشية الشرقاوى لشيخ الإسلام زكريا الأنصارى ما نصه :
}وعبارته} : {وبيع بشرط} كبيع بشرط بيع او قرض للنهي عنه فى خبر أبى داود وغيره {قوله كبيع بشرط الخ} كبعتك ذاالعبد بألف بشرط أن تبيعنى دارك بكذا ، او تقرضنى مائة من الدراهم ، ثم ان أوقعوا العقد الثانى بأن باعه الدار أو أقرضه الدراهم مع علمهما بفساد الأول صح والا فلا ومحل فساد الأول ان وقع الشرط فى صلب العقد والا فلا يضر إهـ .
(Bai dengan syarat) seperti menjual dengan syarat menjual atau mengurangi karena adanya larangan yang tersebut dalam hadits abu Dawud dan selainnya. (Seperti menjual dengan syarat) seperti ucapan,"aku menjual budak ini kepadamu dengan harga seribu dengan kamu menjual rumahmu kepadaku dengan harga sekian, atau dengan syarat kamu menghutangiku seratus dirham. Kemudian apabila keduanya melakukan akad kedua, yakni pembeli menjual rumahnya atau menghutangi dirham dan keduanya tahu rusaknya akad yang pertama maka akad kedua sah. Apabila tidak tahu maka tidak sah. Bisa rusak apabila syarat tersebut terjadi di awal akad, apabila tidak maka tidak mengapa.
Jawaban b :
Tidak di benarkan (haram)
Referensi :
Ø  1 . Ghoyatu talkhishil murod Hal : 122
Ø  2 . Al–Asybah wan nadhoir Hal : 287
وفى غاية تلخيص المراد لابن زياد ما نصه :
}وعبارته} : {مسئلة} تعاطى العقود الفاسدة حرام اذا قصد بها تحقيق حكم شرعي ويأثم العالم بذلك ويعزر لا ما صدر عنه تلاعبا اولم يقصد به تحقيق حكم لم يثبت مقتضاه عليه إهـ .
وفى الأشباه والنظائر للشيخ جلال الدين السيوطى ما نصه :
}وعبارته} : القاعدة الخامسة تعاطى العقود الفاسدة حرام كما يؤخذ من كلام الأصحاب فى عدة مواضع إهـ .
Jawaban c :
Karena dia sudah melakukan praktek akad yang tidak sah maka dia wajib keluar dari sistem tersebut dan bila sudah menerima barang dan komisi maka wajib mangembalikannya. Dan dia hanya berhak mendapat ujroh misil.
Catatan :
Bagi seluruh Kaum Muslimin harap waspada dengan praktek semacam ini, karena ada diantara sistem semacam ini melakukan penipuan.
Referensi :
Ø  1 . Asnal Matholib Juz :II Hal : 3
Ø  2 . Al- Hawi Lil-Fatawi Juz : I Hal : 109
وفى أسنى المطالب لشيخ الإسلام أبى يحى زكريا الأنصارى ما نصه :
{فعلى الأول} وهو عدم صحة البيع بالمعاطاة {المقبوض بها كالمقبوض بالبيع الفاسد فيطالب كل صاحبه بما دفع اليه ان بقي وببدله ان تلف .
وفى الحاوى للفتاوى للشيخ العلامة جلال الدين عبد الرحمن السيوطى ما نصه :
{وعبارته} : اعلم ان كل من ارتكب معصية لزمه المبادرة الى التوبة منها والتوبة من حقوق الله يشترط فيها ثلاثة أشياء أن يقلع عن المعصية فى الحال وان يندم على فعلها وان يعزم ان لايعود اليها ، والتوبة من حقوق الآدميين يشترط هذه الثلاثة ورابع وهو رد الظلامة الى صاحبها وطلب عفوه عنها والإبراء منها .

Ketahuilah bahwa setiap orang yang melakukan maksiat maka wajib bersegera melakukan taubat. Adapun taubat dari hak Allah disyaratkan tiga hal : berhenti dari dosa seketika, menyesali karena telah melakukannya, dan bertekad tidak akan melakukan lagi. Sedangkan dari hal Adami disyaratkan tiga hal di atas, dan nomer empat yaitu mengembalikan kedzaliman pada yang didzalimi, meminta maaf, dan membebaskan diri dari kedzaliman tersebut.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment