Apakah Hukum Memerankan Sosok Nabi Dalam Film?

Untuk menarik simpati  pemirsa,  beberapa  perusahaan  layar   kaca  /  TV mencoba bersaing dengan meningkatkan mutu siarannya. Misal dengan menayangkan drama yang alur ceritanya diambil dari isi kandungan Al-Qur'an seperti kisah Nabi Nuh.

Pertanyaan :

1.              Bagaimana hukumnya menayangkan kisah Nabi seperti di atas ?

2.              Apakah mendapatkan pahala kalau diniyati ta'lim ?

Jawaban 1 :

Tidak boleh kecuali apabila :

1.              Tetap menjaga kehormatan dan martabat Nabi.

2.              Tidak ada unsur kadzib dan istihza'.

3.              Tidak ada kasyful uyub.

4.              Tidak ada kesan melecehkan atau meremehkan.

Pada dasarnya visualisasi kisah-kisah Nabi tidak diperbolehkan karena mengandung unsur kebohongan. Karena secara langsung tidak ada yang bisa menggambarkannya secara detail. Namun di sisi lain, dengan adanya visualisasi dapat mempermudah seseorang dalam mengingat dan mengambil Ibrah dari kisah yang nabi terdahulu baik yang terdapat dalam Alquran maupun hadits. Karenanya empat hal di atas harus diperhatikan dalam menggambarkan kisah yang terdapat Alquran dan hadits.[1]

Referensi :

1.              Is'adurrofiq juz 2 hal 122

2.              Fatawi kubro juz 4 hal 236

3.              Is'adurrofiq juz 1 haI 61.

اسعاد الرفيق الجزء الثانى ص : 122

[و ]   منها  { محاكاة المؤمن }  بقول أو فعل أو  إشارة أو إيماء اذا  كان فعل ذلك    { استهزاء به } وقد مرّ أنه من الغيـبة ، وانما أفرده  بالذكر للتّـنبـيه على المبالغة فى الزجر عنه واقتداء بالقرآن فانه بعد أن ذكر الغيبة ذكره.

قال تعالى- يَاأيـُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ- الآية. قال القرطبى فى تفسـير قوله تعالى- بئـس الاسم الفسوق بعد الإيـمان - من لقب أخاه وسخر به فهو فاسق ، والسخرية الاستحقار والاستهانة والتـنبيه على العيوب والنقائص بوجه يضحك منه ، وقد تكون بالضحك على كلامه اذاتخبط فيه وغلط أو على صنعته أو قبح صورته.

Artinya : Diantaranya adalah (menceritakan orang Islam) dengan ucapan atau pekerjaan atau isyarah, yakni ketika dia melakukannya (karena istihza' atau meremehkan) dan sudah diterangkan bahwa hal demikian termasuk ghibah. Hanya saja kami menyebutkan tersendiri karena lebih dalam  mengingatkan agar menjauhi hak tersebut. Dan karena mengikuti manhaj Alquran karena Alquran menerangkan hal ini setelah menerangkan ghibah. Allah SWT. Berfirman : " Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain ..  Imam Qurthubi berkata dalam menafsiri firman Allah SWT.

بئـس الاسم الفسوق بعد الإيـمان

Artinya : Seburuk-buruk sebutan adalah sebutan yang buruk(fasiq) setelah iman.

Barang siapa yang memberi laqab(julukan) saudaranya dan meremehkannya maka dia termasuk orang yang fasiq. Dan termasuk guyonan yang melecehkan, dan menghina, dan mengingatkan terhadap aib atau kekurangan dengan gaya menertawakan. Dan terkadang menertawakan suatu ucapan ketika salah, atau perbuatan, atau buruknya rupa.

Jawaban soal 2.

Dengan mengacu pada jawaban bagian a, maka masalah mendapat pahala atau tidaknya tergantung pada niatnya.

Referensi

·                I'anatuttholibin III / 273. cetakan Darul Fiqr 1993  .

اعانة الطالبين الجزء الثالث ص : 273 دار الفكر

{قوله : ويسن أن ينوي بالنكاح السـنة } . وقوله وصون دِينه : أى وينوي حفظ دينه ، أى والنسل الصالح ، وتكثير اتباع النبى صلى  وسلم  { قوله : وانما يثاب الخ } هذا يغنى عنه قوله ويسن أن ينوي الخ ، فالمناسب والأخصر أن يجعله تعليلا لما قبله بأن يقول لأنه إنما يثاب عليه بالنية. وفى فتح الجواد : الاقتصار على قوله وإنما يثاب الخ وعدم ذكر قوله ويسن الخ ، وهو ظاهر. وإنما لم يُثب عليه ، أى النكاح ، إلا بما ذكر لأت أصله الإباحة ، كما مر ، والمباح ينقلب طاعة بالنية

Artinya : (Dan disunahkan ketika nikah berniat melakukan sunah nabi) yakni mengikuti sunah Nabi, dan menjaga agamanya, memperbanyak keturunan, memperbanyak itba' kepada beliau Saw.

(Hanya saja dia mendapat pahala ...) Hal ini sudah cukup dengan "dan disunahkan berniat ...

---

[1] Catatan admin

Share :

Tweet

More

Related Post